SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Jumat, 11 September 2015

Hawa Nafsu

SUATU petikan pesan-pesan bijak dari Khalifah Islam ke4 Ali Bin Abi Thalib RA menjadi favorit saya hari ini. Ali RA berpesan, “Kekayaan adalah sumber hawa nafsu.” Saudara dekat dari kekayaan adalah kekuasaan, jabatan, tanah (wilayah) dan harta. Hawa nafsu adalah juga suatu keduniawian.

Hawa nafsu adalah energi yang menggerakkan dan mendobrak. Jika hawa nafsu adalah suatu program yang bergerak, meka kegiatannya adalah penaklukan, pendudukan, penyerangan, perampasan, perluasan.

Jika hawa nafsu adalah suatu ruang, maka inilah ruang yang paling luas yang pernah ada. Ruangan hawa nafsu tidak berbatas, tidak pula terbatas. Meski begitu, Hawa nafsu terus meluas, diperluas, dan memperluas. Membesar dan diperbesar. Bertambah dan ditambah.

Jika hawa nafsu adalah energi yang harus ditundukkan oleh agama, mungkin inilah yang dimaksudkan Bruder William dari Baskerville. William adalah pensiunan inkusitor The Name of Rose (Il nome della rosa), tokoh sentral dalam memoar seorang novis bernama Adso tentang Biara Melk 1327.

William mengatakan bahwa Kristus tidak datang ke dunia untuk memerintah. Tetapi untuk tunduk pada kondisi-kondisi dunia, termasuk pada undang-undang Kekaisaran Romawi. Kristus, kata William waktu itu, tidak ingin para rasulnya punya wilayah kekuasaan dan lalu memerintah. William yakin bahwa Kristus ingin para rasulnya dibebaskan dari suatu kekuasaan yang memaksa dan bersifat duniawi.

Mungkin itulah sebabnya dogma dan dakwah tidak boleh berdampingan atau berdekatan dengan hawa nafsu. Apalagi sampai berbarengan. Letak hawa nafsu yang diperkarakan William di sini jelas.

Suatu waktu usai perang monumental di Badar pada 624 M, antara kafilah Mekkah dan penduduk Madinah, seorang pengikut bertanya kepada Nabi, masih adakah perang yang lebih besar dari Perang Badar? Nabi SAW menjawab dengan tenang, yaitu perang melawan hawa nafsu.

Tapi kita juga tahu bahwa Perang Badar itu adalah titik balik. Nabi SAW meluaskan perannya selain misi kenabian pada titik ini, yaitu memerintah. Sejak perang itu, menurut Philip K Hitti (2002), sosok Nabi SAW bergeser menjadi politisi.

Ketika serangan dan penaklukan oleh “Islam” makin luas dan makin banyak di jazirah Arab, sosok Nabi SAW bergeser menjadi negarawan. Dalam ekspansi ini, saya tidak tahu dimana letak hawa nafsu: apakah In Other to atau motive to? Apakah hawa nafsu menjadi tujuan, atau latar belakang? Entahlah

Saya yakin, demokrasi adalah sistem yang dibuat oleh manusia untuk membatasi dan mengatur hawa nafsu manusia. Sementara kapitalisme disusun untuk merapikan jalannya hawa nafsu agar lebih terorganisir.

Perjalanan hidup yang paling panjang adalah misi melayani hawa nafsu.


Makassar, 11 September 2015.

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim