SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Selasa, 29 November 2011

Maqbul Halim bukan Anti AQM

Makassar, 29 Nopember 2011
Maqbul Halim

Saya kerap menulis status di akun facebook milik saya tentang Aziz Qahhar Muzakkar (AQM) dalam hubungannya dengan Pilgub Sulsel, entah itu Pilgub 2007 lalu, atau pilgub Sulsel 2013 mendatang. Karena postingan status tentang itu berkali-kali, maka kemudian beberapa orang membuat tiga titik paralaksis, AQM – Pilgub Sulsel – Maqbul. Kesannya memang lucu, karena saya diposisikan sebagai salah satu titik komplementer dari titik-titik itu. Apalagi, saya tidak dikenal oleh AQM.

Sebagian orang pun kemudian memberi kesan khusus pada saya sehubungan dengan status-status tersebut. Ada yang menyebut saya sebagai orang yang sentimen terhadap AQM. Ada pula yang dengan tenang menuding saya sebagai antek Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang anti AQM. Yang paling serius adalah saya dikatakan sebagai pengangguran Golkar yang paling “kurang kerjaan”.

Saya sendiri pun menyadari bahwa status-status yang saya tulis itu sudah merupakan percampuran antara obsesi dan analisis saya tentang hubungan AQM dan Pilgub Sulsel. Itulah sebabnya sehingga pada situasi tertentu, saya juga kadang-kadang memperlakukan fakta AQM sebagai khayalan yang berkarakter (bukan renungan) dalam status facebook saya. Ketika pada suatu waktu saya hendak mengembalikan AQM sebagai fakta politik, beliau tetaplah khayalan yang sangat karakter. Mungkin pada posisi itulah, saya kemudian berbeda dengan komunitas fanatik AQM seperti Tim Pejuang AQM dan KPPSI, yang memandang sebaliknya bahwa AQM itu bukanlah khayalan, melainkan harapan Provinsi Sulawesi Selatan.

Meski demikian, apa pun keadaan status facebook saya tentang AQM, sesungguhnya saya tidak sendiri. Ada banyak sambutan yang elegan menjelaskan kejujuran penulisnya tentang minus-negatif AQM, yang merupakan kalimat-kalimat penjelas terhadap status-status saya. Saya bahkan telah menerima informasi tentang “lembek”-nya peran politik AQM selama ini yang diulas di grup-grup facebook yang khusus berdiskusi tentang AQM. Bahkan, status-status facebook saya tentang AQM sudah mendapat sapaan terima kasih dari ummat Islam di Sulawesi Selatan. Jadi, ternyata saya bukanlah orang yang bernasib buruk akibat status-status saya tentang AQM di facebook selama ini.

Pada sisi lain secara teoritis, AQM memiliki perawakan politik yang tidak perlu ditetapkan sebagai lawan atau rival utama dalam politik. Eksistensinya sangat komplementer dalam kontalasi politik di Sulawesi Selatan, entah itu dalam Pilgub Sulsel atau dalam perhelatan-perhelatan politik lainnya. Dengan kata lain, beliau ini punya visi politik yang tergolong pinggiran, seperti visinya yang bertemakan politisi soleh, politisi bermoral, kepentingan ummat, dan sebagainya. Visi politiknya tidak berdampak konsepsional, suatu dampak yang mampu memperkaya publik dan rakyat tetang pemerintahan yang mensejahterakan dan memakmurkan.

Itupulalah yang mengantar saya kepada suatu tesis, bahwa AQM juga tidak lebih dari atau hanya sebatas materi ekspektasi virtual kelompok-kelompok kepentingan minoritas di Sulawesi Selatan. Beliau memang membahana, namun tidak ada harapan Provinsi Sulawesi Selatan yang terlihat nyata pada sosoknya. Apalagi, saya juga menemukan kenyatan itu pada perannya selama dua periode sebagai senator asal provinsi Sulsel di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Senayan Jakarta.

Karena perawakan politiknya yang demikian, tentu mubazir jika mengamati AQM sebagai kekuatan politik yang berat. Oleh karena itu saya ingin menegaskan bahwa usaha itu sama saja dengan pekerjaan menggantang asap di tengah angin kencang di angkasa. Tahun 2007 lalu, baik SAYANG (SYL) maupun ASMARA (Amin Syam) tidak memfokuskan perlawanannya kepada AQM. Meski demikian, AQM juga tetap kalah telak.

Saya juga tidak ingin mengatakan bahwa hal itu sama buruknya dengan humor tentang pesawat angkut militer rakitan PT Dirgantara, CN-235, yang digunakan oleh Angkatan Udara Pakistan. Meski humor ini tidak benar, tapi dapat menjadi tamsil yang mudah dipahami. Dalam humor itu, tentara India (musuh dan rival Pakistan) tidak merespon pergerakan pesawat itu di langit India karena sudah tahu bahwa tidak ditembak pun, pada akhirnya pesawat itu akan jatuh sendiri.

Saya tentu tahu bahwa menyebut AQM menyerupai humor pesawat CN-235 itu adalah penghinaan dan meremehkan. Saya tidak bermaksud seperti itu, juga tidak memaparkan contoh itu untuk menjelaskan masa depan politik AQM. Tapi kurang lebih sama dengan itu, tidak salah juga jika saya mengajak para politisi dan kandidat kontestan Pilgub Sulsel 2013, agar memberi respon secukupnya (jika memang diperlukan) tentang hasrat politik AQM di Pilgub Sulsel itu nantinya. Tidak ada ruginya jika politisi Sulsel itu bersikap seperti tentara India.

Secara khusus, saya berpikir bahwa saya wajib menyampaikan dua hal terkait dengan status facebook saya tentang AQM dan perihal kiprah AQM pada Pilgub 2013 nantinya. Pertama adalah pendapat yang memposisikan saya sebagai juru bicara “informal” dari kalangan tertentu. Saya pernah mendapatkan informasi yang menyebutkan bahwa opini saya di status facebook tentang AQM adalah diskursus yang berkembang dalam perbincangan di lingkup internal Partai Golkar, maupun di internal SYL Team.

Untuk hal yang pertama tersebut, saya mengakui bahwa saya adalah pengurus Pleno DPD I Partai Golkar Sulsel, partai yang saat ini diketuai oleh SYL. Pada saat yang sama, saya juga merasa dekat dengan beberapa orang yang diketahui banyak membantu SYL, entah di lingkup keluarga SYL maupun dari birokrat pemprov Sulawesi Selatan.

Yang paling utama bagi saya dalam perkara di atas adalah bahwa “suara politik” pada status facebook saya tentang AQM selama ini, bukanlah diskursus yang sedang diperbicangkan di lingkup Golkar Sulsel maupun di lingkup keluarga SYL dan birokrat Pemprov Sulawesi Selatan. Status facebook saya adalah suara politik mayoritas Umat Islam Sulawesi Selatan, yang berhaluan non-KPPSI atau non-AQM. Dari diskusi dengan ummat non-KPPSI dan non-AQM inilah, saya kemudian merumuskan status facebook.

Perihal yang kedua adalah rencana keikutsertaan AQM pada pilgub Sulsel 2013. Niatan AQM jadi calon walikota, calon bupati atau calon gubernur, entah itu di Garut Jawa Barat, atau di NTT, atau di Maluku Utara, adalah hak konstitusional beliau. Beliau sudah “menabung” beberapa potensi untuk niatan itu. Potensi tersebut antara lain, pemenang dengan suara terbanyak pada Pemilu Legislatif 2009 untuk DPD dari dapil Sulawesi Selatan. Beliau sekarang anggota DPD RI persiode Kedua. Beliau juga dikagumi oleh ratusan santri Pesantren Hidayatullah di Sulawesi Selatan. Yang paling mengagumkan (modal politik utama beliau) dari beliau adalah ustad ini adalah anak Abdul Kahar Muzakkar, tentara kontroversial pada zamannya.

Tetapi, bukan karena modal “tabungan” itu sehingga saya ingin bercerita tentang prospek AQM pada Pilgub Sulsel 2013 mendatang. Jika hanya karena itu saja sehingga seseorang kemudian menjadi gubernur, tentu beliaulah yang akan dilantik pada Senin, 8 April 2013 sebagai Gubernur Sulsel. Sebuah mitos Taji Pilkada, telah membuat perhatian kepincut untuk memikir prospek AQM pada Pilgub Sulsel 2013.

Mitos tentang Taji Pilkada langsung oleh rakyat, juga dalam pemilihan presiden, ada cerita yang hanya sebatas mitos. Setiap kandidat pada tiap perhelatan pilkada, mempunyai taji untuk mengalahkan lawan-lawannya. Kandidat-kandidat yang kalah dalam pilkada, tentu kekalahannya akibat terkena taji kandidat yang menang.

Taji adalah bagian yang keras pada kaki ayam, berbentuk runcing untuk melukai lawannya ketika disabung dengan sesama ayam. Taji ayam biasanya dilapisi dengan susuk yang terbuat dari tembaga yang bentuknya menyerupai bentuk pisau, yang bisa mengeluarkan racun sehingga melumpuhkan ayam yang kena taji tersebut. Ayam yang sudah kena taji, kebanyakan pada akhirnya dihidangkan sebagai lauk makan siang.

Contoh-contoh yang efektif tentang Taji Pilkada itu adalah Pilkada Luwu Timur. Di kabupaten ini, tiga tokoh politik berseteru: Andi Hatta Marakarma, Ir Madjid Tahir, dan Nur Husain pada Pilkada 2010. Pada Pilkada Luwu Timur 2005 silam, Andi Hatta keluar sebagai pemenang, sementara Madjid Tahir dan Nur Husain dinyatakan kalah. Lima tahun kemudian, yakni Pilkada Lutim 2010, ketiga tokoh ini kembali berseteru. Ketika 2010 itu, saya di kubu Andi Hatta sebagai konsultan.

Saya yakinkan Andi Hatta saat itu bahwa Madjid Tahir dan Nur Husain hanya menunggu tanggal kekalahan. Alasan yang saya berikan adalah bahwa kedua politisi ini sudah kena Taji Andi Hatta pada 2005. Layaknya ayam, kandidat yang sudah kena taji pilkada, hanya akan melawan dalam keadaan lumpuh. Kandidat yang sudah kena taji, saya pastikan tidak bisa melawan berdiri. Faktanya, Nur Husain dan Madjid Tahir pada Pilkada Lutim 2010 lalu, kalah meski tanpa perlawanan dari Andi Hatta.

Beberapa lagi contoh bisa kita pelajari tentang mitos ini. Sebutlah Syahrir Wahab dan Ince Langke pada Pilkada Selayar 2005 dan 2010. Maddusila A. Ijo dan Ichsan Yasin Limpo pada Pilkada Gowa 2005 dan 2010. Salim S. Mengga dan Anwar Adnan Saleh pada Pilgub Sulawesi Barat 2006 dan 2011, Wiranto dan Megawati melawan SBY pada Pilpres 2004 dan 2009. Kesemua korban taji incumben itu hanya bisa melawan dalam keadaan lemas.

Jika betul AQM akan maju sebagai kosong satu (01) atau kosong dua (02) pada Pilgub Sulsel 2013 nanti, beliau sebaiknya merenungkan mitos Taji Pilkada. Jika Tuhan juga menghendaki, ia bisa saja akan mengalami kekalahan yang serupa dengan kekalahan Wiranto (JK-Wiranto), atau Madjid Tahir (Nur Husain-Madjid). Siapa pun kosong satu Madjid Tahir atau Wianto, kekalahan sudah menunggu mereka di ujung jalan.

Kembali kepada cemohan terhadap saya yang disebut anti AQM, tentu itu akan menjadi masalah serius bagi saya. Satu-satunya yang membuat saya lega adalah bahwa niatan AQM untuk ber-Pilgub-Sulsel, bukanlah kehendak Umat Islam di Sulawesi Selatan.

****
Selengkapnya >>

Jumat, 18 November 2011

Maqbul Halim Mengklarifikasi

Tribun Timur - Kamis, 17 November 2011 21:25 WITA

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Terkait berita Roem dan Agus Hanya Pengantar Tidur SYL yang dimuat Tribun Timur edisi Rabu (16/11), Maqbul mengeluarkan pernyataan klarifikasinya.

Surat klarifikasi ini diantar oleh Maqbul Halim ke redaksi Tribun Timur, Rabu (16/11). "Terkait berita itu, saya banyak dapat tanggapan lewat ponsel maupun BlackBerry saya. Saya merasa perlu mengeluarkan klarifikasi," katanya.

Berikut ini klarifikasi Maqbul Halim.

Sehubungan dengan artikel Harian Tribun Timur hari ini, edisi Selasa, 16 Nopember 2011 pada halaman ke-3 (halaman Tribun Politik) dengan judul "Roem dan Agus Hanya Pengantar Tidur SYL", saya sampai hal-hal berikut ini sebagai klarifikasi.

1. Artikel berita Harian Tribun Timur edisi cetak Rabu, 16 Nopember 2011 pada halaman 3 (halaman Tribun Politik) dengan judul: "Roem dan Ahus Hanya Pengantar Tidur SYL" tersebut, memutuskan menjadikan pernyataan pada status Facebook milik saya pribadi (maqbulhalim) sebagai referensi utama berita tersebut. Saya berpikir dan menganggap bahwa berita tersebut keliru karena mengalami pembiasan atau pergeseran dari materi yang sebenarnya dari pernyataan status tersebut.

2. Kalimat pada status facebook saya (maqbulhalim) yang diposting Selasa, 15 Nopember 2011 pukul 14.30 wita menyebutkan "Ada 2 Wija To Luwu: Andi Hatta Marakarma dan Lutfhfi A Mutty yang layak dampingi SYL dan IAS pada Pilgub Sulsel 2013. Selain dari 2 orang itu, yg lainnya cuma cerita pengantar tidur saat bangun padi di Planet Jupiter." Dengan demikian, tidak ada kalimat lain dari status itu yang bersifat menjelaskan atau memperluas dari isi atau makna dari status tersebut.

3. Perihal penyebutan nama Roem dan Agus pada judul berita, yang kemudian oleh berita tersebut menganggap kedua orang ini sebagai hanya pengantar tidur SYL, adalah BUKAN pernyataan dari saya; entah itu berdasarkan status facebook saya, maupun juga bukan dari penjelasan lisan atau tertulis yang pernah ada. Oleh karena itu, saya menyatakan tidak bertanggung jawab atas pencantuman nama Roem dan Agus pada berita tersebut, melainkan tanggung jawab pembuat berita itu sendiri.

4. Juga, kalimat pada berita tersebut, yakni pada paragraf ke-3 yang menyebutkan: "Namun menurut Wakil Sekretaris DPD I Golkar Sulsel, Maqbul Halim, dari empat nama itu (Agus Arifin Nu'mang, Moh. Roem, Ashabul Kahfi, dan Andi Muallim --kalimat paragraf sebelumnya: paragraf ke-2), belum ada figur ideal yang bisa menambah suara bagi Syahrul.", adalah juga merupakan BUKAN ucapan saya, entah itu berdasarkan status atau penjelasan status facebook saya, maupun juga bukan dari penjelasan lisan maupun tertulis dari saya. Sebutan yang menganggap Agus Arifin Nu'mang, Moh. Roem, Ashabul Kahfi, dan Andi Muallim tidak menambah suara bagi Syahrul adalah ucapan dan sekaligus menjadi tanggung jawab penulis berita itu sendiri.

5. Demikian klarifikasi saya terhadap berita tersebut. Saya bermohon klarifiksi ini diberitakan pada edisi berikutnya, yaitu edisi Kamis 17 Nopember 2011, agar dapat meluruskan hal-hal yang saya anggap mengalami pembiasaan pada berita tersebut. Semoga berita klarifikasi ini nantinya juga makin membuktikan Tribun Timur sebagai koran Nomor Wahid.

Hormat Saya

Maqbul Halim

Sumber:
http://makassar.tribunnews.com/2011/11/17/maqbul-halim-mengklarifikasi
Akses tanggal 18 Nopember 2011
Selengkapnya >>

Rabu, 16 November 2011

Klarifikasi berita Tribun Timur

Perihal: Klarifikasi Berita

Kepada Yth.
Pemimpin Redaksi
Harian TRIBUN TIMUR
Di Makassar

Sehubungan dengan artikel berita Harian Tribun Timur hari ini, edisi Selasa, 16 Nopember 2011 pada halaman ke-3 (halaman Tribun Politik) dengan judul “Roem dan Agus Hanya Pengantar Tidur SYL”, saya sampaikan hal-hal berikut ini sebagai klarifikasi.

1). Artikel berita Harian Tribun Timur edisi Cetak Rabu, 16 Nopember 2011 pada halaman 3 (halaman Tribun Politik) dengan Judul: “Roem dan Agus Hanya Pengantar Tidur SYL” tersebut, memutuskan menjadikan pernyataan pada status Facebook milik saya pribadi (maqbulhalim) sebagai referensi utama berita tersebut. Saya berpikir dan menganggap bahwa berita tersebut keliru karena mengalami pembiasan atau pergeseran dari materi yang sebenarnya dari pernyataan status tersebut.

2). Kalimat pada status facebook saya (maqbulhalim) yang diposting Selasa, 15 Nopember 2011 pukul 14.30 wita menyebutkan “Ada 2 Wija To Luwu: Andi Hatta Marakarma dan Luthfi A Mutty yang layak dampingi SYL dan IAS pada Pilgub Sulsel 2013. Selain dari 2 org itu, yg lainnya cuma cerita pengantar tidur saat bangun pagi di Planet Jupiter.” Dengan demikian, tidak ada kalimat lain dari status itu yang bersifat menjelaskan atau memperluas dari isi atau makna dari status tersebut.

3). Perihal penyebutan nama Roem dan Agus pada judul berita, yang kemudian oleh berita tersebut menganggap kedua orang ini sebagai hanya pengantar tidur SYL, adalah BUKAN pernyataan dari saya; entah itu berdasarkan status facebook saya, maupun juga bukan dari penjelasan lisan atau tertulis yang pernah ada. Oleh karena itu, saya menyatakan tidak bertanggung jawab atas pencatuman nama Roem dan Agus pada berita tersebut, melainkan tanggung jawab pembuat berita itu sendiri.

4). Juga, kalimat pada berita tersebut, yakni pada pragraf ke-3 yang menyebutkan: “Namun menurut Wakil Sekretaris DPD I Golkar Sulsel, Maqbul Halim, dari empat nama itu (Agus Arifin Nu’mang, Moh. Roem, Ashabul Kahfi, dan Andi Muallim--kalimat pragraf sebelumnya: pragraf ke-2), belum ada figur ideal yang bisa menambah suara bagi Syahrul.”, adalah juga merupakan BUKAN ucapan saya, entah itu berdasarkan status atau penjelasan status facebook saya, maupun juga bukan dari penjelasan lisan maupun tertulis dari saya. Sebutan yang menganggap Agus Arifin Nu’mang, Moh. Roem, Ashabul Kahfi, dan Andi Muallim tidak menambah suara bagi Syahrul adalah ucapan dan sekaligus menjadi tanggung jawab penulis berita itu sendiri.

5). Demikian klarifikasi saya terhadap berita tersebut. Saya bermohon klarifikasi ini diberitakan pada edisi berikutnya, yaitu edisi Kamis 17 Nopember 2011, agar dapat meluruskan hal-hal yang saya anggap mengalami pembiasan pada berita tersebut. Semoga berita klarifikasi ini nantinya juga makin membuktikan Tribun Timur sebagai koran Nomor Wahid.

Hormat Saya

Maqbul Halim

Selengkapnya >>

Selasa, 15 November 2011

Roem dan Agus Hanya Pengantar Tidur SYL

Tribun Timur - Selasa, 15 November 2011 19:28 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Tiga figur yang mengaku siap maju mendampingi bakal kandidat gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL), ketua DPRD Sulsel Moeh Roem, wakil gubernur Sulsel Agus Arifing Nu'mang, dan Wakil ketua DPRD Sulsel Ashbul Kahfi pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur 2013 ditepis wakil sekertaris DPD Partai Golkar Sulsel Maqbul Halim.

Staf Adhyaksa Supporting House ini mengatakan, hanya Andi Hatta Marakarma dan Lutfi A Mutty pantas mendampingi SYL. Sementara figur lainnya, baik yang mengaku dan yang belum mengaku hanya sebagai pengantar tidur.

"Ada 2 Wija To Luwu: Andi Hatta Marakarma dan Luthfi A Mutty yg layak dampingi SYL atau IAS pada Pilgub Sulsel 2013. Selain dari 2 org itu, yg lainnya cuma cerita pengantar tidur saat bangun pagi di Planet Jupiter,"kata Maqbul yang diposting dalam akun facebook http://www.facebook.com/profile.php?id=1260772390, Selasa (15/11).

Sontak, posting komentar alumni Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin ini mendapat respon dari beberapa rekan facebooknya. Sebagian rekannya mempertanyakan kedua figur yang disebutkan, sementara rekan lainnya menganggap komentar Maqbul provokatif.

"Kenapa hanya dua itu, pak maqbul?,"tanya salah seorang rekan facebook Maqbul. "kan sdh ada kecualinya,"jawab Maqbul. Sementara Mahaji Noesa malah menegur Maqbul, "jgn gitu wija,"tulis Mahaji.

Roem adalah figur pertama yang mengaku siap maju mendampingi SYL. Mantan bupati Sinjai ini akan berusaha mati-matian demi mendampingi SYL. "Saya rela mengorbankan nyawa demi SYL,"kata Roem kepada Tribun beberapa waktu lalu.

Begitupula Agus Arifin Nu'mang, mantan ketua DPRD Sulsel ini mengaku akan membentuk tim untuk mempertahankan posisinya,"saya akan membentuk tim untuk mempertahank Sayang (Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang),"kataAgus kepada Tribun.

Tak mau kalah, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel Ashabul Kahfi langsung membentangkan tagline "Safi", "saya itu Safi (Syahrul Yasin Limpo- Ashabul Kahfi)," tutur Kahfi kepada Tribun.(*/tribun-timur.com)

Penulis : Ilham
Editor : Muh. Irham
Sumber:
http://makassar.tribunnews.com/2011/11/15/roem-dan-agus-hanya-pengantar-tidur-syl
Tanggal: 15 Nopember 2011
Selengkapnya >>

follow me @maqbulhalim